Para ilmuwan di University of
Wisconsin-Madison menyatakan, stres dapat mempengaruhi perkembangan otak
pada anak dengan mengubah pertumbuhan bagian tertentu dari otak dan
kemampuan fungsi otak.
"Sudah ada banyak penelitian pada hewan
yang menghubungkan stres akut dan kronis terhadap perubahan di bagian
otak yang disebut korteks prefrontal, yang terkait dalam kemampuan
kognitif kompleks untuk mengingat secara cepat informasi penting dan
penggunaannya," kata Jamie Hanson, dari University of Wisconsin Madison.
"Kami
telah menemukan asosiasi yang sama pada manusia, dan menemukan bahwa
individu yang sering mengalami stres terkait dengan masalah lebih banyak
terhadap beberapa jenis proses kognitif," ungkapnya.
Peneliti
mengatakan, anak-anak yang pernah mengalami peristiwa stres lebih intens
dan hampir setiap saat dalam hidup mereka memiliki skor atau nilai
rendah ketika mengerjakan tes yang disebut sebagai memori kerja spasial.
Anak-anak ini cenderung mengalami kesulitan melakukan navigasi tes
memori jangka pendek.
Hasil scan otak menunjukkan bahwa cingulate
anterior, bagian dari korteks prefrontal yang diyakini memainkan peran
kunci dalam memori kerja spasial, memakan banyak ruang pada anak yang
lebih sering terpapar oleh stres. "Ini adalah perbedaan yang halus,
tetapi perbedaan ini berhubungan penting dengan kemampuan kognitif,"
kata Hanson yang mempublikasikan temuannya dalam Journal of Neuroscience.
Dalam
penelitiannya, peneliti menentukan tingkat stres melalui wawancara
dengan anak-anak usia 9 sampai 14 tahun beserta orang tua mereka. Tim
peneliti, dari UW-Madison terdiri dari profesor psikologi Richard
Davidson dan Seth Pollak mengumpulkan biografi secara luas peristiwa
stres dari ringan sampai parah.
"Alih-alih memfokuskan pada pada
satu jenis spesifik stres, kami mencoba untuk melihat berbagai stres,"
kata Hanson. "Kami ingin tahu sebanyak yang kita bisa, dan kemudian
menggunakan semua informasi ini untuk kemudian mendapatkan ide bagaimana
tantangan dan stres kronis dari masing-masing anak," tambahnya.
Peneliti
juga mencatat adanya perubahan jaringan otak yang dikenal sebagai
materi putih dan abu-abu. Materi abu-abu di awal pembangunan muncul
untuk memungkinkan fleksibilitas; anak-anak dapat bermain dan unggul
dalam kegiatan yang berbeda.
Studi ini dimaksudkan agar bagaimana
para tenaga ahli bisa membantu anak-anak yang sering sekali mengalami
stres. "Memahami apakah dan bagaimana stres mempengaruhi proses ini bisa
membantu kita mengetahui apakah mungkin ada intervensi serupa yang
dapat membantu anak yang hidup dalam kondisi stres, dan bagaimana ini
dapat mempengaruhi otak," kata peneliti.
Sumber : health.kompas.com
»» Baca Selengkapnya...